Tren ‘Perjalanan Bijak’: Wisatawan Lebih Lama Menginap di Hotel Berbudaya

SiteMinder Lifestyle Image
Ilustrasi

RUANGAKSELERASI.ID, JAKARTA – Tren pariwisata terus berkembang, dan kini wisatawan tak lagi sekadar mencari tempat beristirahat. Pengalaman yang lebih dalam, yang mencerminkan budaya lokal serta ramah lingkungan, menjadi daya tarik utama dalam memilih penginapan.

Survei SiteMinder’s Changing Traveller Report 2025 terhadap lebih dari 12.000 responden menunjukkan bahwa wisatawan kini mengutamakan kenyamanan dan pengalaman berkesan selama menginap. Lebih dari separuh wisatawan memperkirakan akan menghabiskan lebih banyak waktu di hotel, meningkat 1,5% dibanding tahun sebelumnya. Angka ini bahkan mencapai 80% di kalangan wisatawan Indonesia.

Generasi muda memimpin tren ini. Gen Z dan Milenial lebih memilih menghabiskan waktu di hotel dibandingkan Gen X, Baby Boomers, atau Silent Generation. Keputusan ini juga lebih umum di kalangan wisatawan internasional, dengan 29% berencana menghabiskan sebagian besar waktu di hotel, dibandingkan hanya 11% untuk perjalanan domestik.

Bacaan Lainnya

Saat berada di penginapan, wisatawan mencari pengalaman yang lebih dari sekadar menginap. Layanan spa (37%) menjadi pilihan utama, diikuti oleh kuliner dan mencicipi anggur (35%), pertunjukan musik (35%), serta kelas yoga atau meditasi (18%). Selain itu, kelas memasak tradisional (22%), tarian daerah dan sesi mendongeng (16%), serta kursus ahli (13%) semakin diminati. Kualitas tidur juga menjadi perhatian, dengan 16% wisatawan mencari program peningkatan tidur.

Preferensi wisatawan bervariasi berdasarkan asal negara. Wisatawan Indonesia mengutamakan pertunjukan musik live (51%), wisatawan Thailand lebih tertarik pada pengalaman kuliner (61%), sementara wisatawan India lebih memprioritaskan peningkatan kualitas tidur (33%).

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, keterjangkauan tetap menjadi faktor penting dalam memilih penginapan. Hotel dan resor besar bersaing dengan hostel dan motel hemat (18%) sebagai pilihan utama. Gen Z (58%) dan Milenial (57%) lebih cenderung meningkatkan anggaran perjalanan dibandingkan Gen X (35%) dan Baby Boomers (28%), yang justru lebih memilih menghemat biaya perjalanan.

Perbedaan budaya juga berpengaruh dalam preferensi akomodasi. Wisatawan Australia lebih menyukai berkemah (11%), wisatawan Indonesia memilih hotel hemat (22%), sementara wisatawan Tiongkok (35%) dan Singapura (32%) lebih tertarik pada hotel berkonsep atau mewah. Lingkungan juga menjadi pertimbangan penting, dengan tujuh dari sepuluh wisatawan bersedia membayar lebih untuk penginapan ramah lingkungan. Di Indonesia, angkanya mencapai 95%—tertinggi di dunia.

“Terlepas dari keterbatasan anggaran, wisatawan bersedia mengeluarkan biaya tambahan untuk akomodasi yang sesuai dengan nilai-nilai mereka, termasuk penginapan berkelanjutan,” ujar Rio Ricaro, Country Manager SiteMinder Indonesia, Senin (17/2/2025).

Selain fasilitas, faktor yang mendorong wisatawan kembali ke sebuah penginapan adalah pengalaman berkesan (37%) dan keterikatan dengan budaya serta komunitas lokal (20%). Bantal dan tempat tidur nyaman (56%), pemandangan indah (53%), serta pengatur suhu yang optimal (35%) menjadi elemen utama yang dicari wisatawan.

“Wisatawan 2025 menginginkan lebih dari sekadar kenyamanan. Hotel harus bisa menghubungkan tamunya dengan pengalaman lokal yang autentik,” tambah Ricaro.

Tren ini menjadi peluang bagi industri perhotelan untuk beradaptasi dan menghadirkan konsep penginapan yang tidak hanya nyaman tetapi juga memberikan pengalaman unik yang membekas di hati wisatawan.(*)

Pos terkait