RUANGAKSELERASI.ID, JAKARTA — Pemerintah menargetkan pembangunan jaringan transmisi listrik sepanjang 47.758 kilometer sirkuit (kms) hingga 2034. Target ini tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, proyek transmisi ini akan menjadi peluang investasi strategis bagi pelaku usaha dalam negeri.
“Investasi khusus pembangunan transmisi hingga 2034 mencapai Rp565,3 triliun,” ujar Bahlil dalam Konferensi Pers di Kantor Kementerian ESDM, Senin (26/5).
Bahlil menjelaskan, pembangunan jaringan transmisi ini akan tersebar di berbagai wilayah. Jawa-Madura-Bali menjadi regional dengan tambahan jaringan terpanjang, yakni 13.900 kms.
Kemudian disusul Sumatra 11.200 kms, Kalimantan 9.800 kms, Sulawesi 9.000 kms, serta kawasan Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara 3.900 kms.
Langkah ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai 8% dalam satu dekade ke depan.
Selain transmisi, pemerintah juga menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW) hingga 2034. Dari jumlah tersebut, sebanyak 76% bersumber dari energi baru dan terbarukan (EBT) serta storage.
Secara rinci, pembangkit EBT mencapai 42,6 GW atau setara 61% dari total kapasitas. Energi surya akan mendominasi dengan kapasitas 17,1 GW, disusul air 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, dan nuklir 0,5 GW.
Adapun storage akan berasal dari pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai 6 GW. Sementara itu, pembangkit berbasis fosil tetap disertakan, yakni gas 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW.
Penambahan kapasitas pembangkit ini akan dilakukan dalam dua tahap. Pada lima tahun pertama, kapasitas yang dibangun mencapai 27,9 GW. Sisanya sebesar 41,6 GW akan dikembangkan pada periode lima tahun berikutnya.(*)