RUANGAKSELERASI.ID, MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menegaskan komitmen untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan melalui berbagai langkah terkoordinasi bersama lintas instansi. Hal tersebut mengemuka dalam Rapat Koordinasi Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang digelar Jumat, (15/8/2025).
Rakor yang dipimpin Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Sulsel, Ichsan Mustari, tersebut dihadiri pejabat pusat dan daerah, termasuk Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional RI, I Gusti Ketut Astawa yang hadir secara daring.
Acara yang dimoderatori oleh Abdul Azis Bennu selaku Analis Kebijakan Ahli Madya Biro Ekbang Setda Provinsi Sulsel, juga turut dihadiri oleh Deputi Perwakilan Bank Indonesia Sulsel Wahyu Purnama, Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan, perwakilan Bulog Sulsel dan Sulbar, Satgas Pangan Polda Sulsel, Ketua Perpadi, serta para pengusaha penggilingan padi. Sejumlah dinas ketahanan pangan provinsi dan kabupaten/kota juga mengikuti rapat secara daring.
Dalam rapat tersebut, Ichsan Mustari, menyampaikan bahwa harga beras di tingkat konsumen di Sulsel mulai menunjukkan tren stabil, meski masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk jenis medium maupun premium.
Berbagai langkah telah dilakukan untuk menekan harga, di antaranya melalui program pasar rakyat, outlet binaan pemerintah daerah, retail modern, Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog, serta gelar pangan murah (GPM) bekerja sama dengan TNI dan Polri.
Pemerintah daerah bersama Bulog berkomitmen memaksimalkan GPM di seluruh provinsi dan kabupaten/kota.
Sementara itu, Satgas Pangan Polda Sulsel menegaskan pentingnya pengawasan agar tidak terjadi penimbunan dan memastikan penjualan sesuai ketentuan label kemasan.
Sementara I Gusti Ketut Astawa mengingatkan pentingnya pengawasan rutin mulai dari pembelian di tingkat petani, pengepul, penggilingan, hingga distribusi ke konsumen.
Selain itu, Sulsel diminta menghitung kebutuhan pangan tahunan secara akurat, agar kelebihan produksi dapat disalurkan keluar daerah sekaligus menjadi cadangan pangan strategis.
Data Dinas Ketahanan Pangan Sulsel sendiri mencatat, neraca pangan Juli 2025 surplus untuk sebagian besar komoditas utama. Stok beras mencapai 1,22 juta ton dengan kebutuhan 86 ribu ton, sehingga terdapat surplus 1,13 juta ton atau cukup untuk 396 hari. Jagung juga surplus 446 ribu ton dengan ketahanan stok 129 hari, kedelai surplus 12 ribu ton, serta bawang merah surplus 50 ribu ton.
Sementara itu, daging ayam ras tercatat surplus 32 ribu ton, telur ayam ras surplus 40 ribu ton, dan gula pasir surplus 4,4 ribu ton. Beberapa komoditas strategis memiliki stok terbatas, seperti bawang putih yang hanya cukup untuk 15 hari dan minyak goreng yang mencukupi 16 hari.
Pemerintah provinsi menegaskan bahwa pengelolaan surplus dan defisit pangan ini akan menjadi acuan kebijakan distribusi, pengendalian harga, serta penentuan cadangan pangan daerah. (*)