RUANGAKSELERASI.ID, MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menegaskan komitmennya untuk melakukan transformasi ekonomi melalui penyusunan Peta Jalan Ekonomi Biru dan Ekonomi Hijau. Kebijakan tersebut menjadi arah pembangunan jangka menengah dan panjang, dengan fokus pada pertumbuhan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulsel Ahmadi Akil, saat membuka acara Bisnis Indonesia Forum (BIF) Regional Sulsel 2025 bertema “Menavigasi Ekonomi Sulsel: Bertumbuh dalam Tekanan, Bertransformasi dalam Tantangan” di Hyatt Place Makassar, Kamis (14/8/2025).
Lebih lanjut, Ahmadi Akil menjelaskan, pada triwulan II-2025 ekonomi Sulsel tumbuh 4,94% secara tahunan (yoy). Hal ini menjadi pemicu pemerintah daerah untuk memperkuat kinerja sektor unggulan ke depannya.
Menurutnya, pertambangan, jasa perusahaan, real estat, industri pengolahan, dan industri jasa lainnya tercatat sebagai kontributor utama pada periode tersebut.
Ahmadi menambahkan, kekuatan ekonomi daerah ini tersebar di berbagai wilayah. Kota Makassar menjadi pusat kegiatan jasa dan perdagangan, Kabupaten Bone, Wajo, dan Sidrap mengandalkan pertanian dan peternakan, sedangkan Bulukumba dan Kepulauan Selayar memiliki potensi besar di sektor perikanan tangkap dan wisata bahari.
“Kontribusi antarwilayah masih belum merata, sehingga transformasi ekonomi diperlukan. Peta Jalan Ekonomi Biru dan Hijau akan mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang menjaga kelestarian lingkungan, memanfaatkan potensi maritim secara berkelanjutan, serta mendorong inovasi ramah lingkungan di sektor pertanian, perikanan, pariwisata, dan industri,” urai Ahmadi Akil.
Sementara Plt Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Sulsel Munarti, saat menjadi narasumber forum tersebut menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Sulsel masih ditopang oleh sektor pertambangan, sementara UMKM juga menunjukkan perkembangan positif meski belum menjadi kontributor mayoritas.
“Ke depan, kami akan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memperkuat kegiatan ekspor. Pada Juli lalu, ekspor kita sempat naik 12,06% secara bulanan. Ini sinyal positif yang harus dimanfaatkan,” jelas Munarti.
Narasumber lainnya, Asisten Direktur Senior Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK Sulsel dan Sulbar, Indra Natsir Dahlan, menilai tren pertumbuhan ekonomi perlu dijaga melalui pengawasan terhadap perilaku pelaku usaha dan konsumen.
Ia pun menyoroti maraknya penipuan investasi dan pinjaman online ilegal di Sulsel yang dapat merugikan masyarakat.
“Edukasi literasi keuangan menjadi penting agar masyarakat mengenali karakter investasi ilegal sejak dini, seperti legalitas tidak jelas, keuntungan tidak wajar, hingga klaim tanpa risiko. Oleh sebab itu, penting memperhatikan 2L sebelum melakukan investasi, yaitu legal dan logis,” tegas Indra.
Sementara Ekonom Universitas Hasanuddin A. Nur Bau Massepe menyebut Sulsel memiliki peluang besar untuk memperkuat ekonomi melalui pengolahan hasil pertanian dan pengelolaan tambang secara berkelanjutan.
“Indonesia memiliki 23% cadangan nikel dunia, dan 80% di antaranya berada di Sulsel. Ini peluang besar, tetapi kita juga menghadapi tantangan seperti tingginya biaya logistik, berkurangnya lahan pertanian, dan kualitas komoditas yang masih rendah. Transformasi ekonomi yang terencana akan menjadi kunci menjaga pertumbuhan yang inklusif,” pungkasnya. (*)