Perang Dagang Trump: Dampak Tarif Baru terhadap Ekonomi Global

asia tenggara bersiap hadapi ancaman tarif donald trump

RUANGAKSLERASI.ID, MAKASSAR – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara resmi meluncurkan kebijakan proteksionis dengan mengenakan tarif impor yang tinggi terhadap Meksiko, Kanada, dan China. Kebijakan ini menandai pergeseran besar dari konsensus perdagangan bebas yang telah berlangsung selama 35 tahun di bawah perjanjian NAFTA.

Trump memberlakukan tarif 25% pada barang impor dari Meksiko dan Kanada, serta tarif 10% pada produk dari China. Selain itu, tarif tambahan untuk Uni Eropa dan Taiwan dijadwalkan akan diumumkan dalam waktu dekat. Sebagai respons, Kanada dan Meksiko langsung menerapkan tarif balasan, dengan Kanada mengenakan bea masuk 25% terhadap barang-barang AS senilai USD 155 miliar. China pun berencana menggugat kebijakan ini ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan menyiapkan langkah balasan lainnya.

Dilansir dari berbagai sumber pada Selasa (4/2/2025), kebijakan ini diyakini akan berdampak luas pada perekonomian global. Dengan defisit perdagangan AS yang telah mendekati USD 1 triliun dan utang nasional hampir mencapai USD 37 triliun, Trump beralasan bahwa kebijakan tarif akan memperkuat ekonomi domestik dengan mendorong produksi dalam negeri yang telah menurun drastis sejak era 1980-an. Saat itu, 80% barang yang dikonsumsi di AS diproduksi dalam negeri, tetapi kini angka tersebut turun menjadi hanya 11% akibat alih daya dan perdagangan bebas.

Bacaan Lainnya

Namun, banyak ekonom dan pengamat menilai kebijakan ini sebagai ancaman bagi kelas pekerja, baik di AS maupun secara global. Tarif yang tinggi diperkirakan akan menyebabkan kenaikan harga barang bagi konsumen Amerika dan usaha kecil dalam jangka pendek. Proteksionisme ekonomi membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menunjukkan hasil nyata, sementara demokrasi liberal cenderung tidak konsisten dalam menerapkan kebijakan jangka panjang.

Michael Katsky dari Partai Sosialisme dan Pembebasan mengkritik kebijakan ini dengan menyatakan bahwa meskipun Trump berupaya keluar dari model perdagangan bebas, sistem yang diterapkan masih tetap berorientasi pada keuntungan, yang berpotensi memperburuk eksploitasi kelas pekerja.

Di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif ini, harga emas di pasar spot melonjak ke rekor tertinggi USD 2.817 per troy ounce pada 31 Januari 2025. Kenaikan ini mencerminkan kekhawatiran global terhadap dampak perang dagang dan potensi perlambatan ekonomi.

Dengan inflasi AS yang mendekati 12%, kebijakan tarif Trump berisiko memperburuk tekanan ekonomi domestik. Dalam jangka panjang, keberhasilan proteksionisme ekonomi masih dipertanyakan, sementara dampaknya terhadap harga barang dan stabilitas perdagangan global sudah mulai terasa.(*)

Weekly Update

  1. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Sabtu (1/2) mengungumkan akan memberlakukan tarif impor sebesar 25% untuk Kanada dan Meksiko, serta tambahan tarif impor sebesar 10% untuk China per Selasa (4/2).
  2. Sebagai respons, Meksiko dan Kanada – yang merupakan 2 mitra dagang terbesar AS – segera mengumumkan tarif balasan. Kanada telah membalas dengan tarif 25% pada impor AS senilai US$155 miliar.
  3. Sementara itu, China berencana menantang kebijakan ini di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan mengambil “tindakan balasan” lainnya.
  4. Harga emas di pasar spot juga mencapai level all-time high di 2.817 dolar AS per troy ounce pada Jumat (31/1), dipicu oleh ketidakpastian geopolitik dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global di tengah rencana ancaman tarif impor dari Trump.

Pos terkait