RUANGAKSELERASI.ID, INTERNASIONAL – Konsulat Rusia di kota pelabuhan Marseilles, Prancis selatan, menjadi sasaran serangan bom pada Senin (24/2), bertepatan dengan peringatan tahun ketiga operasi militer Rusia di Ukraina timur.
Tiga alat peledak rakitan dilemparkan ke dalam kompleks konsulat, dengan dua di antaranya meledak. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Sumber kepolisian setempat mengonfirmasi bahwa “dua dari tiga alat peledak meledak” dan tidak ada korban yang dilaporkan akibat serangan tersebut. Peristiwa ini dianggap memiliki keterkaitan dengan peringatan perang di Ukraina.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, menyebut bahwa “ledakan di wilayah Konsulat Jenderal Rusia di Marseilles memiliki semua ciri serangan teroris,” seperti yang dikutip oleh TASS. Moskow juga meminta Prancis untuk mengambil “langkah-langkah guna memperkuat keamanan misi luar negeri Rusia” serta menuntut agar “negara tuan rumah melakukan tindakan investigasi yang menyeluruh dan cepat.”
Menanggapi kejadian ini, Pemerintah Prancis mengecam keras serangan tersebut. “Prancis mengutuk segala pelanggaran keamanan kompleks diplomatik,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis. “Kekekalan, perlindungan, dan integritas kompleks diplomatik dan konsuler serta stafnya merupakan prinsip-prinsip mendasar dalam hukum internasional,” tambahnya.
Sementara itu, Uni Eropa (UE) mengumumkan paket sanksi ke-16 terhadap Rusia yang menargetkan sektor ekonomi utama dan industri militer. “Selama tiga tahun, Rusia telah mengebom Ukraina, dan berupaya mengambil tanah yang bukan hak mereka,” ujar Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan, Kaja Kallas.
Kallas menjelaskan bahwa sanksi baru ini tidak hanya menyasar armada minyak Rusia, tetapi juga “mereka yang mendukung pengoperasian kapal tanker minyaknya, pengendali permainan video yang digunakan untuk mengemudikan pesawat tak berawak, bank yang digunakan untuk menghindari sanksi kami, dan saluran propaganda yang digunakan untuk menyebarkan kebohongan.”
Di sisi lain, sanksi baru dari Uni Eropa diumumkan di tengah upaya Presiden AS Donald Trump untuk mencapai kesepakatan damai dengan Rusia. Namun, Kallas menegaskan bahwa “AS tidak dapat menyegel perjanjian damai apa pun dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tanpa melibatkan Ukraina atau Eropa.”
Menurut Kallas, AS “dapat membahas apa pun yang diinginkannya dengan Putin. Namun, jika menyangkut Eropa atau Ukraina, maka Ukraina dan Eropa juga harus menyetujui kesepakatan ini.”
Trump diketahui berupaya memenuhi janji kampanyenya untuk segera mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Namun, pengecualiannya terhadap Ukraina dan Uni Eropa dalam perundingan dengan Rusia menimbulkan kekhawatiran di Eropa terkait pendekatan damai yang dinilai terlalu lunak terhadap Rusia dan Putin.
Hingga kini, pihak berwenang di Prancis masih menyelidiki motif di balik serangan bom di Konsulat Rusia di Marseilles.(Press TV)