RUANGAKSELERASI.ID, MAKASSAR — Jet tempur tercanggih Amerika Serikat (AS) untuk kedua kalinya mengalami kecelakaan, jatuh dan nyungsep di salju Alaska, kemudian meledak.
Peristiwa naas itu terjadi pada 28 Januari 2028, pukul 12.49 waktu setempat di Pangkalan Udara Eielson, Alaska.
Peristiwa ini menjadi tamparan berat buat AS di tengah persaingan superioritas udara pesaeat tempur generasi kelima.
Apalagi, kecelakaan itu terjadi tanpa serangan lawan dan diperkirakan karena ada kerusakan teknis.
Peristiwa itu juga terekam oleh kamera amatir dan berkembang pesat di media sosial, termasuk di akun Youtube Defence Secuirty Asia.
“Pilot pesawat F-35 itu selamat dan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Bassett Army untuk pemeriksaan. Tim emergensi langsung dikerahkan,” demikian pernyataan otoritas Angkatan Udara AS seperti dikutip ABC News, 29 Januari 2025.
AS akan segera membentuk tim investigasi untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tunggal tersebut. Dalam video yang beredar, terlihat F-35 dalam posisi roda pendaratan sudah menjulur.
Namun, pesawat itu kemudian berayun ke kiri dan kanan sebelum jatuh dengan keras. Pilot tampak kesulitan mengendalikan pesawat siluman tercanggih itu hingga akhirnya memutuskan memencet pelontar kursi pilot.
Sementara pilot terjun dengan payung parasit, pesawat F-35 AS terjatuh, nyungsep di salju Alaska dan meledak.
Ini merupakan kasus kecelakaan kedua yang dialami F-35.
Peristiwa ini terjadi sekitar tujuh minggu setelah unit Pasukan Demokratik Suriah yang bersekutu dengan AS secara keliru menembak jatuh pesawat nirawak MQ-9 Reaper di atas Suriah.
Kecelakan pertama F-35 terjadi pada Mei 2024. Saat itu, jet tempur F-35B yang dioperasikan oleh seorang pilot Angkatan Udara AS (USAF) jatuh di New Mexico tak lama setelah lepas landas.
Angkatan Udara melaporkan bahwa pilot tersebut melontarkan diri di ketinggian rendah tetapi mengalami cedera serius. Jet tempur F-35 generasi kelima adalah program pertahanan termahal dalam sejarah AS.
Meski begitu, F-35 menjadi pendorong pendapatan utama bagi kontraktor pertahanan Lockheed Martin, yang menyumbang sekitar 30 persen dari pendapatan perusahaan.
Menurut laporan terbaru Lockheed Martin, prospek laba tahun 2025 akan lebih rendah dari yang diharapkan, sebagian karena penundaan peluncuran pemutakhiran untuk F-35.
Pangkalan Angkatan Udara Eielson dipilih pada tahun 2016 untuk menampung 54 jet tempur F-35. Ini sebagai bagian dari proyek perluasan pangkalan yang menghabiskan biaya lebih dari setengah miliar dolar AS.
Kecelakaan pesawat F-35 di Alaska itu menjadi pukulan telak bagi AS. Sebab, pesawat itu sebelumnya dinyatakan layak terbang, tapi tiba-tiba ada masalah dan terjatuh.
Menurut laporan kantor berita AP, 29 Januari 2025, pilot sempat memberi kabar emergensi tentang adanya masalah pesawat sebelum kecelakaan. “Kecelakaan ini menyebabkan pesawat mengalami kerusakan berat,” demikian keterangan USAF.
Dalam temu pers, Komanan Fighter Wing ke-354, Kolonel Paul Townsed menjelaskan, pesawat itu mengalami kegagalan mendarat.
Ia juga menyatakan akan segera dibentuk tim investigasi untuk mencegah kecelakaan serupa terjadi lagi, selain mencari penyebab utamanya.
Pangkalan Udara Eielson tempat kecelakaan terjadi menjadi markas 54 pesawat F-54 sejak 2016. Eilson diperluas karena adanya kepentingan pertahanan udara di wilayah itu.
Perluasan tersebut mencakup pembangunan 36 gedung baru dan beberapa unit perumahan untuk menampung sekitar 3.500 penerbang tugas aktif dan tanggungan mereka.(*)