Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Sulsel Lampaui Rata-rata Nasional

IMG 20250528 220653
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan memperingati World Book Day atau Hari Buku Sedunia 2025 dengan menggelar talkshow bertema Well-read, Well-Lived: Literasi dan Harmoni dalam Era Digital, di Kantor BI Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Selasa (28/5/2025).

RUANGAKSELERASI.ID, MAKASSAR — Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan memperingati World Book Day atau Hari Buku Sedunia 2025 dengan menggelar talkshow bertema Well-read, Well-Lived: Literasi dan Harmoni dalam Era Digital, di Kantor BI Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Selasa (28/5/2025).

Kegiatan ini menghadirkan dua penulis ternama, yakni Ratih Kumala dan M. Aan Mansyur, sebagai narasumber yang berbagi pandangan tentang pentingnya literasi di era digital. Talkshow ini menjadi bagian dari rangkaian kampanye literasi yang diinisiasi BI Sulsel.

Deputi Kepala Perwakilan BI Sulsel, Wahyu Purnama, menjelaskan, tingkat literasi Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan negara-negara ASEAN. Ia menyebut Indonesia berada di bawah Singapura, Vietnam, Brunei, Malaysia, dan Thailand.

Bacaan Lainnya

“Ini menunjukkan kualitas pendidikan dan literasi kita masih perlu ditingkatkan di berbagai aspek,” jelas Wahyu.

Meski demikian, Wahyu menilai Sulawesi Selatan memiliki capaian positif dalam hal literasi. Pasalnya, provinsi ini mencatat skor Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) sebesar 88,24, lebih tinggi dari rata-rata nasional.

“Kita punya potensi besar dalam penguatan literasi di era digital. Tinggal bagaimana kita mengarahkan dan memanfaatkannya secara tepat,” katanya.

Di sisi lain, Wahyu juga menyoroti fenomena budaya membaca masyarakat yang cenderung mengonsumsi konten ringan dari media sosial ketimbang bacaan ilmiah atau edukatif. Ia membandingkan kondisi ini dengan negara maju seperti Cina, Jepang, dan Korea yang menanamkan budaya membaca sejak dini.

“Di negara-negara tersebut, anak-anak sudah dibiasakan membaca disamping penerapan waktu bermain. Itu menjadi kunci mereka unggul dalam pengetahuan,” urai Wahyu.

Sementara penulis Ratih Kumala dalam sesi talkshow menekankan pentingnya pendekatan yang sesuai dengan karakter generasi Z dan Alpha, agar literasi tetap relevan. Menurutnya, orang tua harus memahami selera bacaan anak di era digital.

Hal senada disampaikan Aan Mansyur yang juga mencermati perbedaan cara anak-anak zaman sekarang dalam mengakses dan menyerap literasi. (*)

Pos terkait