Pasca Kontroversi Skandal Ijazah Palsu Trisal Tahir, Bisakah Naili Kembalikan Kepercayaan Pemilih ?
RUANGAKSELERASI.ID, MAKASSAR – Kontroversi seputar Trisal Tahir, mantan kandidat Wali Kota Palopo dalam Pilkada 2024, yang diketahui menggunakan ijazah palsu, terus menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Meski dinyatakan gugur dari pencalonan karena kasus tersebut, ambisi politik Trisal Tahir tampaknya belum mereda. Kali ini, ia mendorong istrinya, Naili Trisal, untuk maju sebagai calon Wali Kota Palopo dalam Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Palopo 2025.
Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Andi Ali Armunanto, menyatakan bahwa meskipun secara aturan pencalonan Naili Trisal diperbolehkan, secara etika politik hal tersebut bertentangan dengan nilai kepatutan dan dapat mencederai rasa keadilan masyarakat.
“Secara aturan hal tersebut memang dimungkinkan karena tidak ada aturan yang melarang pencalonan kandidat yang memiliki relasi dengan kandidat yang dianulir. Namun secara etika politik, tentu hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai kepatutan dan kewajaran dan juga bisa mencederai rasa keadilan masyarakat,” ungkapnya melalui pesan WhatsApp kepada Ruangakselerasi.id, Minggu (23/3/2025).
Menurut Ali Armunanto, langkah Trisal mendorong istrinya untuk maju dalam kontestasi politik ini menunjukkan adanya sikap ambisi yang besar. Meski secara regulasi sah, tindakan tersebut berpotensi mengundang reaksi negatif dari masyarakat yang merasa dibohongi pada Pilkada sebelumnya.
“Namun pada akhirnya penilaian dan pilihan juga akan ditentukan oleh masyarakat. Masyarakat harusnya paham dan mampu menilai siapa calon yang layak ataupun tidak layak dipilih, apalagi dengan berbagai polemik dan kontroversi yang terjadi sebelumnya,” tambah Andi Ali.
Sementara itu, Pengamat Politik Universitas Bosowa (Unibos), Arif Wicaksono, menyatakan bahwa konstelasi politik pada Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilkada Palopo kemungkinan besar akan berubah. Hal ini diakibatkan oleh “pergantian pemain” pada Paslon 4, dari Trisal Tahir ke istrinya, Naili. Menurut Arif, perubahan ini akan mempengaruhi konfigurasi politik di Kota Palopo yang sebelumnya dimenangkan tipis oleh Paslon 4.
“Yang saya mau katakan adalah, kultur patriarki masih akan banyak mewarnai pilkada Palopo ke depannya. Paslon 1 dan Paslon 4 yang akhirnya sama-sama mengusung cakada perempuan, harus bisa membaca kecenderungan patriarki dari hasil rekap pilkada yang lalu, dan mencari formula gerakan yang tepat,” ungkap Arif, Minggu (23/3/2025).
Arif menambahkan bahwa proses komunikasi politik yang masif perlu dilakukan oleh setiap pasangan calon, terutama dalam membangun koalisi baik di tingkat partai politik maupun figur masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kemungkinan terjadinya pembelokan dukungan di balik layar yang dapat memengaruhi hasil akhir PSU.
“Apalagi PSU juga dianggap bisa menurunkan minat calon pemilih untuk datang lagi ke TPS karena kejenuhan atau keletihan politik (political fatigue),” tambahnya.(*)