Banjir Terparah di Perumnas Antang, Air Hampir Setinggi Atap Rumah

Screenshot 2025 02 12 113957
Petugas gabungan evakuasi warga di Kampung Baru LAN Antang| Foto: Ist

RUANGAKSELERASI.ID, MAKASSAR – Banjir yang kembali melanda kawasan Antang, khususnya di Blok 8 dan Blok 10, Rabu (12/02/2025), meninggalkan dampak yang cukup besar bagi warga. Air yang mencapai hampir setinggi atap rumah memaksa warga mengungsi dan menyaksikan rumah serta harta benda mereka terendam.

Sejak pagi, masyarakat berkumpul di area yang belum terendam, terdiri dari orang tua hingga anak-anak yang hanya bisa menyaksikan kondisi rumah mereka yang dikepung air. Banyak warga yang harus meninggalkan rumah dan mengungsi ke tempat kerabat demi keselamatan.

Dampak banjir tidak hanya dirasakan secara fisik, tetapi juga secara emosional. Salah satu warga, Ice, seorang ibu rumah tangga dari Blok 10, hanya bisa pasrah melihat rumahnya terendam lagi. Ia mengaku kehilangan banyak barang akibat banjir yang terus berulang setiap tahun.

Bacaan Lainnya

“Ini parah, lebih parah lagi dari yang bulan 12 kemarin. Saya mau masuk karena mau lihat kulkasku. Saya sudah berapa kali ini ganti kulkas. Barang-barang mau diselamatkan,” ungkapnya dengan wajah penuh kekhawatiran.

Banjir yang semakin parah ini juga menjadi sorotan warga lainnya, seperti Diah, yang telah tinggal di Antang sejak kecil. Ia mengungkapkan bahwa banjir bukan lagi sesuatu yang langka, tetapi sudah menjadi kejadian tahunan.

“Hampir setiap tahun banjir. Blok 8 sampai Blok 10, semua terendam. Pokoknya ini yang paling parah kayaknya, karena langsung sampai posko BPBD, biasanya tidak sampai sejauh ini,” katanya.

Upaya evakuasi terus dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Makassar yang telah bersiaga sejak kemarin. Perahu karet digunakan untuk mengevakuasi warga yang masih bertahan di dalam rumah, sementara posko dan mobil ambulans dari Dinas Kesehatan juga disiagakan untuk membantu korban banjir.

Staf BPBD Kota Makassar, Nur, mengungkapkan bahwa masih ada warga yang bertahan di lantai dua rumah mereka, menunggu evakuasi lebih lanjut. Sebanyak 25 personel BPBD dibantu oleh TNI dan polisi dikerahkan untuk menangani situasi darurat ini.

Banjir yang terus berulang ini menimbulkan pertanyaan besar bagi warga terkait solusi jangka panjang dari pemerintah. Ice berharap ada tindakan konkret untuk mengatasi masalah ini agar warga tidak terus-menerus kehilangan tempat tinggal dan barang berharga mereka.

“Tolong, ini kan rumah sendiri, bukan rumah kontrak. Kalau hujan deras terus berhenti hujan, baru kita dapat banjir. Saya selalu memantau. Tolong, supaya ditanggulangi banjirnya,” tuturnya dengan penuh harap.

Dampak banjir di Antang semakin membuktikan perlunya perhatian serius dari pemerintah dalam hal penanganan banjir yang lebih sistematis. Bagi warga yang menjadi korban, banjir bukan hanya tentang air yang datang dan pergi, tetapi juga kehilangan, trauma, dan ketidakpastian akan masa depan.(*)

Pos terkait