RUANGAKSELERASI.ID, INTERNASIONAL – Amerika Serikat kembali mengambil langkah kontroversial dengan memutuskan keluar dari Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).
Ini menjadi kali kedua Washington menarik keanggotaannya dari lembaga internasional yang bermarkas di Paris tersebut. Alasannya tetap sama seperti sebelumnya: keberatan terhadap keputusan UNESCO menerima Palestina sebagai negara anggota penuh.
Pengumuman resmi disampaikan oleh Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Anna Kelly, pada Selasa waktu setempat. Ia menyatakan bahwa Presiden Donald Trump memutuskan keluar karena menganggap arah kebijakan UNESCO tidak lagi sejalan dengan kepentingan nasional AS.
“Presiden Trump telah memutuskan untuk menarik Amerika Serikat dari UNESCO – yang mendukung gerakan budaya dan sosial yang membangunkan dan memecah belah, dan sama sekali tidak sejalan dengan kebijakan akal sehat yang dipilih rakyat Amerika pada bulan November,” ujar Kelly dalam pernyataannya.
Senada dengan itu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menegaskan bahwa keberadaan AS di dalam UNESCO tidak lagi mencerminkan kepentingan nasional. Ia bahkan menuding organisasi tersebut menganut “agenda ideologis globalis” yang bertentangan dengan pendekatan kebijakan luar negeri “America First” yang diusung Presiden Trump.
Menurut Bruce, penerimaan Palestina sebagai negara anggota menjadi isu sensitif yang memperburuk hubungan AS dengan UNESCO. Ia juga menuding lembaga tersebut turut meningkatkan retorika anti-Israel, yang menurut Washington sangat bermasalah dan tidak dapat diterima.
Menanggapi langkah tersebut, Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay menyatakan penyesalannya yang mendalam. Meski begitu, ia mengaku keputusan tersebut telah diantisipasi dan organisasi telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pendanaan AS. Saat ini, kontribusi dari Washington hanya mencakup sekitar 8% dari total anggaran UNESCO.
Penarikan resmi Amerika Serikat dari UNESCO akan berlaku efektif mulai 31 Desember 2026. Keputusan ini menjadi pukulan bagi lembaga yang didirikan pasca-Perang Dunia II untuk mempromosikan perdamaian melalui kerja sama di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya.
AS sebelumnya juga menarik diri dari UNESCO di masa Presiden Ronald Reagan pada tahun 1984 karena alasan “salah urus dan korupsi.” Negara adidaya ini kembali bergabung pada tahun 2003, namun keluar lagi di bawah pemerintahan Trump pada akhir 2018, setelah pendanaan sempat dibekukan oleh pemerintahan Barack Obama pada 2011 saat Palestina diterima sebagai anggota.
Langkah AS ini dinilai sebagian kalangan sebagai bentuk tekanan politik yang konsisten terhadap lembaga-lembaga internasional yang mengakui hak-hak Palestina. Washington juga kerap disebut menggunakan pengaruhnya untuk membela kebijakan kontroversial Israel di berbagai forum internasional.(*)